Kota ini, tak pernah berhenti membuatku kagum, semenjak aku lahir, hingga sekarang ini. Penuh dengan kejutan dan juga keajaiban.
Salah satu keajaiban dari kota ini adalah, dia akan menyesuaikan diri dengan suasana hati dari penghuninya. Ketika kita gembira, kota ini akan berubah menjadi Kota Kegembiraan, penuh dengan warna, tawa ceria ada di mana-mana.
Ketika kita bersedih, kota ini menjadi Kota Kesedihan, yang akan kita lihat hanya biru nan kelabu di setiap tempat. Dan ketika kita merasa sepi, kota ini berubah menjadi Kota Kesendirian hanya ada kesunyian di sekeliling kita.
Kali ini aku memasuki Kota Kesendirian. Menyusuri jalanan kota ini, di malam yang sunyi. Tak seorang pun aku lihat ada disekelilingku. Hanya ada gemerisik daun yang sesekali aku dengar, ketika angin berhembus perlahan.
Aku melangkah tak tentu arah. Entah berapa lama dan berapa jauh aku melangkah. Sesekali aku menengadah menatap rembulan yang menggelayut di langit malam.
"Ah... Sedang bersedih pulakah kau wahai rembulan? Sehingga sinarmu begitu temaram?"
Aku lihat sang rembulan tersenyum malu, perlahan dia bersinar lebih terang
Tak terasa aku sampai di Alun-Alun kota, pusat dari kota ini. Dan tepat di tengah-tengahnya berdiri megah pohon besar. Pohon Kehidupan kalau orang bilang karena begitu tua dan besarnya pohon tersebut, seakan-akan semua yang ada di kota ini tumbuh dari pohon tersebut.
Aku duduk di pohon tersebut, duduk dan hanya diam menikmati malam. Kurasakan angin berhembus perlahan, dan sebuah tepukan hangat aku rasakan di pundakku.
Siapakah? Siapakah itu?
Aku melihat ke segala arah, namun tak kulihat seorangpun ada di sekelilingku. Dan kemudian aku tersadar, dahan pohon itulah yang menepuk pundakku.
Aku menengadah, menatap Pohon Kehidupan, kembali aku merasakan angin bertiup perlahan dan ku dengar sebuah suara
"Kau terlihat lelah, beristirahatlah disini, ada tempat nyaman di bawah kakiku."
Ah... Pohon kah itu yang berbicara?
Aku melihat ke sekeliling, dan mataku tertumbuk pada tumpukan daun kering di bawah pohon tersebut, bentuknya seperti tempat tidur, dan rasanya nyaman untuk beristirahat disana.
Ku rebahkan tubuhku di sana, ku rasakan angin yang bertiup perlahan, dan sayup-sayup aku dengar suara nyanyian nina bobo. Dan perlahan aku terbawa ke alam bawah sadarku, aku tertidur dengan pulas.
Entah berapa lama aku tertidur, sayup-sayup aku dengar suara burung tengah bernyanyi.
"Sudah pagi kah ini?" Aku bertanya pada diriku sendiri.
Ku buka mataku perlahan, kurasakan sinar hangat matahari menerpa wajahku. Seekor burung terbang ke arah ku dan kemudian hinggap di pundakku.
"Selamat pagi." katanya
"Selamat pagi..." Aku menjawab salamnya
Sebuah dahan terjulur, dan burung itu pun berpindah ke dahan tersebut.
"Bagaimana tidurmu semalam?" Sebuah suara bertanya kepadaku.
Ah... Rupanya sang Pohon Kehidupan.
"Sangat nyenyak." Kataku sambil tersenyum lebar.
"Bagaimana perasaan mu sekarang?" Dia bertanya lagi.
"Baguslah kalau begitu, sekarang berdirilah." Kata Pohon Kehidupan.
Aku berdiri di depan Pohon Kehidupan.
"Tutup kedua matamu."
Aku turuti permintaan Pohon Kehidupan, ku tutup kedua mataku. Untuk sesaat yang aku merasakan kesunyian, angin berhembus perlahan. Sayup-sayup aku dengar sebuah senandung. Nyanyian? Ataukah mantra-mantra?
Semakin lama senandung tersebut semakin keras aku dengar. Namun aku tak bisa memahami apa yang di senandungkan. Yang aku tahu dan aku rasakan ketika mendengar senandung tersebut adalah perasaan tenang dan damai.
Senandung tersebut membuaiku, membawaku semakin dalam menuju ketenangan dan kedamaian.
Tiba-tiba, aku rasakan sebuah tangan mengenggam tanganku. Tangan yang hangat dan bersahabat.
"Hi..." Sebuah sapaan pendek aku dengar.
Suara yang berbeda dengan yang aku dengar sebelumnya. Perlahan ku buka mataku, ku lihat seorang gadis berdiri di sampingku. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang dan bermata sipit serta berkulit putih. Dan dia tersenyum, sangat manis
Ku balas senyumannya, dan ku genggam tangannya dengan erat
"Kemana saja kau selama ini?" Tanyaku kepadanya.
"Aku disini, selalu disini, menunggumu." Katanya dengan senyum manis.
"Kau... Terlambat." Katanya menambahkan.
Aku tertawa, ku kecup tangannya dan ku rengkuh dia dalam pelukanku.
Gadis itu Sumire.
Sumber gambar: screen capture video Only Time
0 comments:
Post a Comment
Feel free to leave your comments here :)