Thursday, February 9, 2017

Sewindu

I'm  wondering... Apa yang bisa dilakukan oleh waktu sewindu? Banyak hal bisa terjadi, banyak hal bisa berubah, akan tetapi banyak juga hal yang masih tetap sama, seakan abadi tak lekang dan berubah oleh jaman.

Hari ini aku kembali menyelusuri jalanan yang sudah lama aku tidak aku lewati, sewindu, atau bahkan rasanya lebih dari sewindu aku tidak melewati jalanan tersebut. Dan.... Hanya ada sedikit perubahan aku lihat disana, masih ada banyak hal yang tidak berubah, rasanya ingatanku masih cukup kuat dan tersimpan baik di kotak Pandoraku.

Menelusuri jalanan tersebut, dengan segala apa yang ada di kanan kirinya, beserta ingatan akan masa lalu. Ah... Entahlah... Ada perasaan nyaman yang aku rasakan. 

Dan seperti adegan sebuah film, aku melihat dirimu, awalaupun hanya sekilas tapi aku yakin itu dirimu, Sosok Dari Masa Lalu. Rasanya tak banyak pula perubahan yang aku lihat, masih sama seperti yang aku ingat. Masih sama seperti sewindu lalu. Hanya sekejap aku melihat, tapi aku rasa begitulah cara Sang Pemilik Waktu bermurah hati kepadaku

Mungkinkah.... Ini perjalananku ke masa lalu? 

Semoga, Sang Pemilik Waktu selalu bermurah hati kepadamu, memberikanmu kenyamanan dan selalu melindungimu

CityofDays
09022017
Pathetic Melodramatic Aries

Tuesday, December 22, 2015

Bread Butter Pudding Untuk Mama

"Mama kamu suka apa?"

Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba datang dari dirimu, saat kita makan siang bersama, siang ini.

"Maksudku, makanan kesukaan mama kamu apa?" Tanya kamu lagi.

"Apa ya? Mama biasanya suka makanan yang segar-segar, semacam sup dan sebagainya." Jawabku sambil meneruskan makan siangku.

"Kalau kue? Mama suka apaan?" Tanya mu lagi.

"Apa ya.... Mama tuh sukanya yang manis-manis, nggak suka makanan asin seperti keju atau roti daging gitu." Aku menjawab.

"Kalau bread butter pudding suka nggak?" Tanyamu lagi

"Suka koq, aku dulu pernah beli dan belia suka." Jawabku lagi.

"Mamaku tuh suka banget sama bread butter pudding, kalau aku beliin, beliau suka makan dengan disendok, trus kalau udah habis wadahnya dikasihkan ke aku sambil bilang yah... Habis..."

Aku tertawa mendengar ceritamu, membayangkan ekspresi wajah mama kamu saat kejadian tersebut berlangsung.

"Aku pengen beliin bread butter puding buat mama kamu." Katamu dengan nada bersungguh-sungguh.

"Mumpung momentnya pas." Katamu melanjutkan.

Aku tercekat, tak terlintas dalam benakku akan hal tersebut. Aku terdiam.

"Aku minta ntar kamu mampir ke toko kue buat beliin bread butter pudding buat mama kamu." Katamu

"Ntar uangnya aku ganti." Katamu menambahkan.

"Nggak usah, aku ada uang koq." Jawabku.

Sore itu, aku pergi ke toko roti yang cukup terkenal di kota kami, Kota Hari-Hari.

Meneliti kue yang ada di display toko, mencari bread butter pudding, namun tak jua aku menemukan. Akhirnya aku bertanya kepada petugas yang ada disana.

"Mas, bread butter puddingnya ada?"

"Maaf pak, sudah habis." Kata petugas.

Mencoba mengobati kekecewaan karena kue yang aku inginkan tidak ada, aku pun memilih kue lainnya. Dan pilihanku akhirnya jatuh ke kue chocolate fudge, yang terlihat begitu lembut dan lezat. Dimasukkan kedalam kardus mungil yang cantik, pantas lah untuk diserahkan sebagai hadiah.

Sesampai di rumah, ku ketuk pintu kamar mama.

"Aku beli kue mah, nanti dimakan ya?" Kataku.

"Oh.... Iya..." Jawab mama dengan suara pelan.

Perlahan ku dekati mama yang tengah berbaring di tempat tidur.

"Selamat hari ibu Mah... Cepat sembuh ya?" Kataku dengan suara tercekat.

Sebelum aku sempat meneruskan kata-kataku, terdengar isak tangis dari mamaku. Ku sambut tangannya yang telulur, kucium tangan beliau yang selama ini telah membesarkanku, tampa pamrih dan penuh ketulusan.

Segala kata, kalimat yang telah aku susun dengan rapi selama perjalan, hilang entah kemana, lidah terasa kelu dan kaku tak mampu lagi berkata-kata. Hanya air mata yang tak terasa menetes di ujung mata.

~||~

Untuk mu, ya... Untukmu, terima kasih telah mengajarkanku bahwa  cinta dan kasih sayang harus ditunjukkan dengan perbuatan dan kata-kata.

City of Days 22122015

Tuesday, February 25, 2014

Kembali Ke Masa Lalu (II)

"Awas....."

Aku terpekik ketika melihat Kotak Pandoraku terlepas dari tangan Sang Penjaga. Bergegas aku memungutnya.

Tapi tunggu dulu, Kotak Pandora yang aku pegang berwarna Merah, sedangkan Kotak Pandoraku berwarna biru. Ku perhatikan baik-baik, ada banyak luka goresan, retak disana sini, dan sebuah retakan baru karena jatuh tadi.

Ku alihkan pandanganku ke orang yang duduk di hadapanku. Tapi, bukan Sang Penjaga yang aku lihat disana, melainkan Sosok Dari Masa Lalu.

Dia hanya terdiam, menundukkan kepalanya, dan dengan lirih dia berkata

"Maafkan aku...."

Aku mengambil napas dalam, menghembuskannya perlahan untuk kemudian berkata.

Monday, December 30, 2013

Untitled


Sebuah kata, yang penuh dengan makna, dan juga asa, cinta...

Ah... Benarkah ini cinta yang sebenarnya? Atau hanya nafsu semata? 

Mencoba untuk menikmati dan menghayati rasa yang ada padaku saat ini, rasa yang bertubi-tubi menghajarkan, tak memberiku kesempatan sedikitpun untuk sekedar bernapas.

Ku buka mataku, di atasku ku lihat awan yang berarak di langit nan biru. Padang Ilalang Para Kekasih, disini lah sekarang aku berbaring, menikmati suasana hening, hanya ada desiran angin dan juga nyanyian burung-burung di kejauhan.

Dan aku tak sendiri, disampingku berbaring dirimu, tubuh mungilmu mendekap Buku Merah Itu, ah... buku itu....

Ku buka mulutku, hendak mengucap sesuatu, tapi.... Rasanya terlalu sayang untuk merusak suasana tenang ini. 

Tidak... Aku ingin menikmati ketenangan ini, bersama dirimu, selama Sang Waktu mengijinkan. Ku raih tanganmu, kulihat senyum mengembang di wajahmu. Ku genggam erat tangan mungil mu, ku genggam erat dan tak akan pernah aku lepaskan.

Dan matahari tetap bersinar, langit masih tetap berwarna biru, degan awan-awan putih menghiasi serta nyanyian Burung Pecinta masih terdengar dari kejauhan.

Note: 
Terinspirasi oleh sebuah lagu, yang entah kenapa dibagi oleh seorang sahabat tanpa sebab :)

Sunday, December 22, 2013

Kembali Ke Masa Lalu


"Kau tahu... Aku bisa membawamu ke masa lalu jika kau mau," kata Sang Penjaga sambil tersenyum misterius.

Aku tertegun, kuletakkan Kotak Pandora diatas meja, dan aku memandang Sang Penjaga dengan penuh tanya.

Hari ini aku mengunjungi Sang Penjaga, untuk menitipkan kembali Ingatan Masa Lalu yang tiba-tiba datang kembali.

Ku tarik napas dalam-dalam, untuk kemudian aku hembuskan perlahan,

"Entah kenapa engkau mendadak menawarkan hal itu kepadaku..."

Terdiam sejenak

"Sungguh suatu penawaran yang sangat menggiurkan, tapi.... Aku tetap pada pendirianku semula, tak ada hal apapun di masa lalu yang ingin aku ubah."

Sang Penjaga menjawab dengan senyumannya

"Namun... Memang ada beberapa hal yang ingin aku ketahui... Tentang Orang-Orang Dari Masa Lalu."

Wednesday, December 11, 2013

Sebuah Pertanyaan


Sehelai daun kering jatuh di dekat kakiku, dan entah kenapa daun kering tersebut membawa ku ke ingatan masa lalu. Kenangan, yang... Ah... Bukankah sudah aku masukkan kedalam Kotak Pandora dan aku titipkan kepada Sang Penjaga? Namun kenapa kenangan itu kembali lagi?

Aku terhanyut, akan kenangan masa lalu tersebut, seakan terseret semakin dalam dan semakin dalam. Tuhanku... Aku tak mau tenggelam dalam kenangan ini. Aku mencoba untuk berteriak meminta tolong, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. Ku coba untuk menggapai, apa saja yang bisa aku gapai, agar aku tidak tenggelam lebih dalam, tapi tak ada yang bisa aku jadikan pegangan.

Kemudian aku tersadar, ku buka mataku perlahan. Ah... rupanya aku berada di bawah Pohon Kehidupan, dan aku tidak sendirian, ada Dirimu di sampingku. Dan tepukan lembut tanganmu di pahaku lah yang telah menyadarkanku. Ku ambil napas dalam-dalam, ke hembuskan perlahan, kemudian ku genggam tanganmu erat-erat. Kau tersenyum kecil, penuh pengertian.

Pandanganku tertumbuk pada buku yang ada di pangkuanmu, Buku Tentang Masa Depan dan Ketidakpastian. Buku yang telah bersama kita sekian lama, yang telah kita baca dan isi bersama-sama.

Saturday, November 23, 2013

D'Aodh an Am


Gabhaim buíochas 
Athair Am 
Thar aon ní eile 
Tá sé tugtha 

Grá 
An leabhar dearg 
Agus ár dturas