Thursday, May 23, 2013
Dendam
Wanita tua itu duduk di beranda, matanya nanar menatap kearah kejauhan, mulutnya komat-kamit tanpa ada yang tahu apa yang dia katakan. Seorang gadis kecil menghampirinya.
"Nenek... Sedang apa nenek disini?"
"Dia... Dia harus merasakan akibatnya." Kata perempuan tua tersebut
"Apa maksud nenek? Siapa yang nenek maksud?"
"Sakit hatiku... Sakit sekali, sampai sekarang masih aku rasakan sakit itu!"
"Apa maksudnya nenek?" Tanya gadis kecil tersebut dengan bingung.
"Kau tahu... Sewaktu ayahmu masih kecil, dia berselingkuh, dia berselingkuh dengan perempuan lain!" Kata perempuan itu dengan berapi-api.
"Tuhan...." Kata gadis kecil tersebut.
"Kakek kah yang nenek maksudkan? Tapi itu kejadian sudah lama sekali nenek?" Gadis kecil tersebut menambahkan.
"Tidak bisa! Aku masih merasakan rasa sakit itu, setiap kali aku teringat kejadian tersebut."
"Nenek...."
Kemudian terdiam
"Lihatlah sekarang, bukankah kakek masih bersama dengan nenek, dia tidak lari dengan perempuan itu?"
Perempuan tua itu diam bergeming.
Gadis kecil itu kemudian menambahkan.
"Dan tidakkah nenek melihat? Yang setiap hari merawat nenek? Dari membantu mandi sampai dengan menyiapkan segala keperluan nenek ketika ayah dan adik-adiknya sedang bekerja?"
"Tak ingatkah nenek akan kesetiaan kakek dalam merawat nenek? Sementara di luar sana para isteri lah yang merawat suami mereka ketika mereka sudah tua?"
Perempuan tua tersebut tetap bergeming, seakan apa yang dikatakan oleh gadis kecil tersebut tak terdengar olehnya.
Gadis kecil itu pun kemudian berkata,
"Tahukah nenek, bukan penyakit yang mengerogoti tubuh nenek, tapi dendam yang terus dan terus nenek pelihara di hati nenek. Dan jika nenek masih terus memelihara dendam tersebut, hanya Tuhan yang tahu."
Perempuan tua tersebut tak sedikitpun bergeming, mata, telinga dan hatinya telah tertutup oleh dendam.
Sumber foto: 123rf
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Feel free to leave your comments here :)