Wednesday, December 11, 2013

Sebuah Pertanyaan


Sehelai daun kering jatuh di dekat kakiku, dan entah kenapa daun kering tersebut membawa ku ke ingatan masa lalu. Kenangan, yang... Ah... Bukankah sudah aku masukkan kedalam Kotak Pandora dan aku titipkan kepada Sang Penjaga? Namun kenapa kenangan itu kembali lagi?

Aku terhanyut, akan kenangan masa lalu tersebut, seakan terseret semakin dalam dan semakin dalam. Tuhanku... Aku tak mau tenggelam dalam kenangan ini. Aku mencoba untuk berteriak meminta tolong, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. Ku coba untuk menggapai, apa saja yang bisa aku gapai, agar aku tidak tenggelam lebih dalam, tapi tak ada yang bisa aku jadikan pegangan.

Kemudian aku tersadar, ku buka mataku perlahan. Ah... rupanya aku berada di bawah Pohon Kehidupan, dan aku tidak sendirian, ada Dirimu di sampingku. Dan tepukan lembut tanganmu di pahaku lah yang telah menyadarkanku. Ku ambil napas dalam-dalam, ke hembuskan perlahan, kemudian ku genggam tanganmu erat-erat. Kau tersenyum kecil, penuh pengertian.

Pandanganku tertumbuk pada buku yang ada di pangkuanmu, Buku Tentang Masa Depan dan Ketidakpastian. Buku yang telah bersama kita sekian lama, yang telah kita baca dan isi bersama-sama.
Kembali ku ambil napas dalam-dalam, ku kumpulkan keberanian sebanyak-banyaknya, untuk kemudian aku berkata

"Apakah... " 

Ah... Kenapa lidahku terasa kaku? Dan aku menjadi gagu.

Kembali aku mengumpulkan keberanianku, inilah saatnya, atau tidak sama sekali.

"Apakah... Kau masih mau meneruskan membaca Buku Itu bersamaku?"

Akhirnya, pertanyaan tersebut terucap juga dari mulutku.

"Tentu saja, masih banyak halaman Buku Ini yang harus kita baca dan juga isi bersama, masih panjang jalanan Kota Hari-Hari yang akan kita susuri bersama,"

Katamu sambil tersenyum lembut.

"Kenapa?"

"Haruskah ada alasan untuk sebuah kenapa?"

Aku terdiam, tak mampu menjawab pertanyaanmu.

"Aku bukan siapa-siapa, dan aku juga tidak punya apa-apa untuk bisa aku berikan kepadamu. Yang ada hanyalah diriku, dan juga mimpi-mimpiku."

"Dan kau memiliki diriku," Katamu perlahan, dengan nada penuh kesungguhan. 

Aku tercekat, tak pernah menyangka kau akan mengatakan hal itu.

"Aku menyayangimu,"

Kataku pada akhirnya

"Aku lebih menyayangimu," Jawabmu

Kembali aku tercekat, tak mampu berkata sepatah katapun. Ku remas tanganmu perlahan, dengan penuh rasa sayang, dan tak akan pernah aku lepaskan.

~||~

Note:
Cerita ini untukmu, ya untukmu.

2 comments:

Titis Ayuningsih said...

Kasih sayang kepada sesama ya ^^

Djaw! said...

@ Titis Ayuningsih
:)

Post a Comment

Feel free to leave your comments here :)